PENCAK SILAT Tidak sekedar Seni berantem

PENCAK silat semakin bergengsi. Lihat saja. Kejuaraan Dunia Silat 1992 yang dibuka Presiden Soeharto dilangsungkan di Jakarta Hilton Convention. Peserta juga membludak, 21 negara dengan jumlah atlet sekitar 250 orang.


Adakah pesilat asing punya kans menggeser tuan rumah Indonesia, negeri leluhur pencak silat? Pesilat Perancis, Eric Chatelier, 22 tahun, tertawa mendengar pertanyaan ini. "Saya tidak pernah memandang silat semata-mata sebagai olah raga. Sehingga, saya rasa, hal itu tak terlalu saya pikirkan," katanya. Pria berbobot 79 kg itu, dua tahun lalu, runner-up juara dunia di kelasnya. Silat, katanya, tak semata-mata seni berantem. "Dalam silat itu ada kembang, buah, dan biji.

Berantem itu cuma kembangnya Yang penting adalah bijinya, karena di situlah letak kebatinannya," katanya. Chatelier punya grup silat di Paris. Ia sendiri adalah anggota Persaudaraan Setia Hati (PSH), sebuah perkumpulan silat yang pusatnya ada di Madiun.

Di Eropa, katanya, silat mulai populer karena seni bela diri ini bisa juga untuk mencari keseimbangan menghindari stres. Chatelier benar. Silat memang tak sekadar mengajarkan pukulan. Ada falsafah yang lebih kuat daya tariknya. Seorang pesilat diajar untuk santun, berbudi pekerti luhur, cinta persahabatan, serta bisa bertindak jujur, benar, dan adil.

Ini dikatakan Eddie M. Nalapraya, presiden Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa), organisasi yang menaungi pendekar-pendekar dunia ini. Dengan adanya falsafah ini, kejuaraan silat lebih merupakan sarana untuk mempererat persaudaraan, bukan memperebutkan medali. Saat-saat kejuaraan seperti inilah pesilat seperti Chatelier lebih memperdalam ilmunya, dan bisa berjumpa dengan kawan seperguruannya.

Chatelier malah berniat ziarah ke makam pendiri PSH, Kiai Ngabehi Soerodiwirjo. Hal yang sama juga dilakukan rombongan pesilat Spanyol (27 orang) ke Minangkabau, Sumatera Barat. Dipimpin Juan I.B. Sagardui, pesilat Spanyol ini menemui Darwis Rajo Mudo dari perguruan Pasir Jambak dan Angko Gadang, pendekar paling disegani dari Batipuah. Pada kedua jago silat itu, rombongan dari Spanyol bermaksud menambah ilmu.

Sagardui, 40 tahun, sejak usia delapan tahun menekuni silat Minang. Ia belajar silat dari Hanafi di Perancis. Kini ia memiliki dua ribu murid di Spanyol. Ia juga telah menularkan ilmunya ke Inggris dan Meksiko. Ajaran silat Minang, termasuk tidak minum minuman keras dan tidak merokok, dipatuhi Sagardui dan anak buahnya. "Silat mendorong kami untuk selalu berbuat baik," tambah Sagardui.

Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang berpusat di Yogya juga sudah menginternasional sejak 1972. "Orang asing itu tertarik bela diri Timur ini, tak beda dengan tertariknya mereka pada dunia Timur," kata Djarnawi Hadikusumo, sesepuh Tapak Suci. Salah satu murid Tapak Suci adalah Herry Shappe alias Abdullah, warga Belanda. Tahun 1972-1973 ia belajar di Yogya. Kini Shappe menjadi juri di kejuaraan dunia, sekaligus pelatih tim Belanda. Tapak Suci mempunyai murid orang asing sekitar 500, tersebar di Belanda, Perancis, Spanyol, dan Jerman. Orang asing itu, jika sudah mengenal silat, sangat bersungguh-sungguh.

Mereka rajin berlatih dan bahkan minta porsi latihan dilebihkan. "Kalau tak disuruh berhenti, mereka minta dilatih terus," kata Rustam, sekjen Tapak Suci. Mereka juga kritis untuk menanyakan apa arti jurus atau amalan silat yang dipelajarinya. Belakangan ini, silat memang berkembang di Belanda. "Dari gerakan yang hanya dikenal sebagai tarian, sejak 1970-an menjadi olah raga bela diri," kata Henry de Tomis alias Soebandi, 67 tahun. Pendiri perguruan Bongkot Harimau di Groningen itu mengaku belajar silat sejak umur delapan tahun.

Walau perguruannya tak berinduk pada aliran mana pun, "Saya akan tetap mempertahankan bahwa pencak silat itu asli Indonesia," kata De Tomis, bekas polisi itu.

Di Belanda saja ada 35 perguruan silat. Barangkali jumlah itu terlalu banyak. Akibatnya, seperti yang dikatakan Oong Sumaryono, yang sejak dua tahun lalu mengajarkan KPS Nusantara di sana, sering ada pertikaian dalam perguruan dan antar-bond. De Tomis juga mengakui hal ini. Pangkalnya, banyak murid yang buru-buru menjadi guru silat padahal baru bisa gerakan dasar. Oong mengamati, seringnya pesilat berpindah ke jenis bela diri lain membuat kemurnian ilmu silat menjadi berbau karate atau judo. Masalah ini, kata Oong, bisa terpecahkan jika organisasi Persilat punya dasar aturan yang baku. "Bandingkanlah dengan karate.

Walaupun ada banyak perguruan, karate telah dapat membakukan gerakan, pukulan, bahkan sampai pada pakaian. Pencak silat masih simpang-siur," katanya. Inilah pentingnya Kejuaraan Dunia Silat di Jakarta kali ini. "Kejuaraan ini memang untuk mengevaluasi pembinaan pencak silat di luar negeri. Benar atau tidak gerakannya, bisa dikoreksi," kata Eddie Nalapraya.

Di Indonesia pun, kata Eddie, dulu setiap kejuaraan ada atlet yang memakai jimat. Tapi sekarang para dewan pendekar sudah menertibkannya. Ada satu lagi yang membuat seni silat bergengsi. Di kawasan Pondok Gede, Bekasi, di areal 5 hektare akan dibangun padepokan pencak silat, yang menjadi tempat untuk mengkaji perkembangan dan memecahkan problem persilatan yang muncul. Dengan upaya-upaya ini, Indonesia diharapkan menjadi kiblat pencak silat di dunia.


sumber:(tempo)

0 comments:

Share |
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...